Divisi Endokrinologi Dokter Jia-Yin Guo
Nyonya Yeh berusia 62 tahun, menderita diabetes tipe 2 selama 10 tahun dan memiliki neuropati perifer dan kegemukan. Dalam dua tahun terakhir, karena pengendalian gula darah yang buruk, dokter menyarankan suntikan insulin empat kali sehari, namun setelah suntikan berulang dan setelah menyuntik insulin efek cepat, terjadi efek samping yang jarang dijumpai yaitu kram dan sakit pada betis, membuat Nyonya Yeh menolak untuk disuntik, menyebabkan efek pengendalian gula darah yang buruk. Setelah berkonsultasi dengan Divisi Endokrinologi CMUH, Dokter Jia-Yin Guo beralih ke obat oral dikombinasikan dengan insulin efek panjang dikombinasikan dengan agonis reseptor GLP-1 (Glycosin-like peptide-1), satu hari hanya perlu menyuntik satu kali, menyelesaikan masalah jangka panjang Ms. Ye dan menekan nafsu makan, pengendalian berat badan juga telah meningkat secara signifikan.
Dokter Jia-Yin Guo menyatakan, Nyonya Yeh selalu ada rasa penolakan terhadap suntikan insulin, terlebih lagi merasa suntikan sewaktu keluar sangat repot, dan tidak menyuntik tepat waktu. Oleh karena itu, pengendalian gula darah sama sekali tidak ada kemajuan, terakhir tidak mengukur gula darahnya sama sekali. Di bawah dorongan anggota keluarga, pada bulan September 2020 menuju Divisi Endokrinologi CMUH untuk berobat, setelah mempertimbangkan alasan Nyonya Yeh tidak bisa bekerja sama dengan penyuntikan insulin, juga menemukan dia tidak bisa menahan godaan makanan manis, Dokter Jia-Yin Guo memilih obat oral dikombinasikan dengan suntikan yang hanya perlu disuntik satu hari satu kali, bahan obat suntikan adalah insulin efek panjang dikombinasikan dengan agonis reseptor peptida-1 seperti glikogen (glucagon-like peptide-1 agonists, GLP-1 agonists). Penderita hanya perlu memilih untuk menyuntikkan sekali sebelum makan dengan asupan terbesar dari tiga kali makan. Nyonya Yeh di bawah penyuntikan obat yang tepat waktu dan penyesuaian kebiasaan makan dan kebiasaan hidup, setelah setengah tahun, hemoglobin glikosilasi ada kemajuan yang signifikan, kondisi kedua kaki sakit dank ram juga tidak terjadi lagi, selain itu penderita juga sangat senang selama periode ini berat badan berkurang 3kg, sewaktu sanak famili dan teman melihatnya juga merasa akhir-akhir ini dia kelihatannya lebih sehat dan muda.
Dokter Jia-Yin Guo menunjukkan, dalam beberapa tahun terakhir, obat diabetes telah ada kemajuan terobosan, di antaranya agonis reseptor GLP-1 selain mengendalikan gula darah, terlebih lagi ada efek melindungi ginjal, jantung dan mengendalikan berat badan, efek meringankan berat badan terlebih lagi merupakan topik hangat terbaru, namun obat tersebut saat ini hanya cocok untuk penderita diabetes tipe-2. Bentuk sediaan obat Taiwan yang ada saat ini hanya suntikan dan tidak ada obat oral, frekuensi penyuntikan terbagi menjadi penyuntikan setiap hari atau setiap minggu, selain itu masih ada sediaan obat yang dicampur dengan insulin bisa mengurangi frekuensi penderita disuntik. Dokter Jia-Yin Guo berkata, penggunaan obat harus mempertimbangkan fungsi ginjal penderita, apakah ada kontraindikasi, atau efek samping yang tidak bisa ditahankan, oleh karena itu harus berdiskusi dengan dokter secara teliti, membuat pilihan yang paling sesuai berdasarkan kondisi tubuh penderita.
Dokter Jia-Yin Guo menyerukan, di masa lalu, penderita diabetes sewaktu mendengar bahwa mereka memerlukan pengobatan dengan suntikan selalu menghindar jauh, sekarang konsep yang tepat adalah obat diabetes termasuk insulin dan suntikan lainnya, tidak akan merusak fungsi ginjal. Nefropati diabetik yang disebabkan oleh pengendalian diabetes yang buruk adalah salah satu alasan utama dialisis orang Taiwan, terlebih lagi menyebabkan lesi neurovaskular, seperti stroke, penyakit jantung, retinopati okular, penyakit protein urin ginjal, dan lainnya. Disarankan supaya penderita berkomunikasi dan saling bekerja sama sepenuhnya dengan dokter, baru bisa benar-benar mencapai kehidupan ideal yang bebas dan mandiri.